Tuesday, May 27, 2008

SUKA DUKA MENJADI PANITIA MOS

Siang hari saat matahari bersinar dengan teriknya, kami semua siswa kelas satu angkatan XXIX Trisma dikumpulkan di lapangan basket. Ternyata pada waktu itu diadakan pemillihan calon panitia MOS. Ternyata aku dipilih juga menjadi calon panitia MOS. Betapa herannya aku, banyak sekali teman-teman yang tidak mau mejadi calon panitia MOS padahal aku sendiri ingin mengajukan diri tapi langsung dipilih. Tetapi jumlah calon panitianya sudah mencukupi.


Latihan pertama dilaksanakan pada hari pertama liburan. Saya seharusnya dapat libur sebulan tetapi saya habiskan liburannya dengan latihan, hitung-hitung menambah pengalaman. Hari pertama kami latihan dengan anggota sekitar 50 orang tetapi makin lama makin berkurang. Latihan dimulai dengan pemanasan, dari lari, dijemur, sampai pus-up baru kemudian latihan PBB. Selama satu bulan kami digembleng baik pisik maupun mental. Datang pagi dan pulang sore, itulah kegiatan yang selalu saya lakukan selama sebulan itu. Rasa letih, lelah, lesu selalu menyertai di setiap latihan.Rasa sedih juga menghampiri saya dan semua rekan-rekan lainnya karena ada yang tidak bisa lagi melanjutkan latihan karena sakit,ada juga osis yang marah karena kami ada yang bercanda. Kami sangat sedih dan menyesal. Apalagi pada saat ada calon panitia yang saling marahan, kami semua berusaha untuk melerai mereka. Senangnya pada saat tes mental, semua tertawa akibat kekonyolan calon-calonnya. Ada juga pada saat merayakan ULTAH osisnya, kami semua diberi kue tetapi sebelumnya dikerjai.Satu bulan pun tidak terasa, berbagai latihan telah kami lalui walaupun menyisakan rasa lelah.Setelah satu bulan latihan, pelantikan pun menunggu.
Setelah satu bulan latihan mental, pisik, dan PBB, tibalah saatnya untuk dilantik. Acara pelantikan calon panitia MOS dilaksanakan di pantai Padanggalak. Kami berangkat dengan mengendarai sepeda gayung. Sesampainya di pantai kami langsung disuruh menaruh tas, melepaskan sepatu dan langsung merayap kepesisir pantai dan diterjang ombak. Kemudian kami disuruh membuat kelompok dan mencari pos. Di setiap pos mental dan fisik kami dites. Semua itu dilakukan untuk menyiapkan mental dan fisik kami untuk saat MOS. Kami dilantik oleh Kepala Sekolah setelah mengisi perut yang kosong. Kami pulang sekitar jam 3 sore. Walaupun rasa lelah menyertai, saya tetap menggayung sepeda dengan penuh semangat.
Hari pertamaku menjadi panitia MOS sangatlah berkesan. Setahun yang lalu, saya dimarahi oleh panitianya waktu MOS tapi sekarang saya sendiri yang menjadi panitia. Pertama kali saya menghadapi kelas satu barunya, saya sangatlah gugup tetapi saya punya cara untuk menghilangkannya, saya anggap aja sebagai ajang balas dendam jadina saya bisa menjalaninya. Senangnya hati bisa mencari kesalahan dan kemudian memberikan hukuman kepada adik-adik kelas satunya. Saya kadang-kadang merasa kesal saat mengajari kelas satunya karena saat saya memberikan materi kepada siswa barunya selalu masuk kanan dan keluar kiri yang membuat saya menjadi marah. Tidak terasa sudah empat hari melaksanakan MOS dan penutupannya pun segera dilaksanakan.
Penutupan Masa Orientasi Siswa (MOS) di TRISMA dilaksanakan di Batur diikuti dengan pendakian gunuang Batur. Sesampainya disana langsung mendaki gunung batur. Saya mulai mendaki paling akhir tetapi tibanya di puncak pada urutan ketiga. Setelah menghilangkan lelah, langsung saya turun begitupun dengan teman-teman lainnya. Malam pun tiba dan saatnya untuk acara penutupan. Acara penutupan dilaksanakan di lapangan dekat wantilan, di sana saya dan rekan yang lainnya membuat api unggun. Acara malam hari itupun sangat meriah.Pada maktu tidur, saya tidak tidur malahan saya dating ke tempat kelas satunya untuk mengganggu tidur mereka dan sambil bercanda. Keesokan harinya kami langsung pulang.
Ternyata satu bulan satu minggu tidak terasa. Berbagai peristiwa telah kami semua alami dengan suka dan duka. Tibalah saatnya acara pembubaran panitia MOS. Saya sendiri merasa sedih saat dibubarkan oleh kepala sekolahnya. Berbagai peristiwa, sedih, gembira, marahan, main-main, makan bersama sambil panas-panasan, lari bersama, pus-up dan restock bersama, itu semua membuat saya rindu lagi menjalani pelatihan begitupula terlihat wajah-wajah sedih di semua panitia. Acara pembubaran akhirnya diakhiri dengan makan-makan dan ngobrol bersama osisnya.
Berbagai macam pengalaman sudah saya dapatkan semenjak menjadi panitia MOS. Senangnya hatiku menjadi panitia MOS BALACAKRA 3 TRISMA. Hidup TRISMA !!!!!!!!!

Read More......

“DENPASAR YANG TERMAKAN BUDAYA”


Kebudayaan merupakan segala hasil tangan yang memiliki arti ataupun nilai-nilai yang positif ataupun yang negatif dan dapat melekat pada seseorang ataupun sesuatu. Budaya itu dapat kita preteli selayaknya sebuah mesin, kalau kita selalu merawat dan menggunakannya dengan benar, maka kita akan mendapatkan kepuasan tersendiri dan jika kita salah menggunakannya ataupun menambahkan dan mencampur adukkan dengan yang lain tanpa memikirkan manfaat yang dapat diperoleh, maka itu akan membuat kita dalam jurang kehancuran. Begitu pula dengan budaya, budaya yang telah diberikan kepada kita sebagai generasi penerus adalah anugerah dari pendahulu kita, jika itu kita permainkan, maka akan membuat bangsa kita menjadi hancur.


Budaya Bali yang sangat kental dengan daya seninya yang sangat menarik belakangan ini sudah mulai terusik oleh budaya-budaya lain yang seharusnya bisa kita terima tetapi kita salah gunakan. Sebenarnya kita tidak dapat menyalahkan orang lain, kesadaran diri sendiri untuk menyaring budaya asing yang masuk ke daerah kita yang sangat diperlukan.
Denpasar sebagai kota terbesar di Bali dan merupakan kota padat adalah sasaran empuk untuk berbagai macam budaya. Banyak budaya baru yang memasuki kawasan yang menjadi Ibu Kota Bali ini. Memang Denpasar banyak memiliki budaya, mulai dari penggabungan budaya dari semua daerah-daerah di Bali, budaya-budaya yang masuk dari luar, semuanya tertampung di Denpasar. Dampak positifnya, dapat menyatukan berbagai macam kebudayaan sehingga tidak ada pembeda-bedaan budaya. Hal itu memang menguntungkan jika dilihat dari beberapa sudut pandang tetapi bagaimanakah dampak negatif ataupun pelencengan dari budaya-budaya itu?
Berbagai macam cara dilakukan oleh pemerintahan kota Denpasar untuk menjadikan denpasar sebagai kota yang berwawasan budaya. Diantaranya dimulai dari lingkungan sekolah, masyarakat, dan upaya tesebut dilakukan dengan berbagai cara pendekatan. Tetapi apakah bisa menjadikan Denpasar sebagai kota yang berwawasan budaya kalau dilihat dari banyaknya budaya asing maupun budaya daerah yang ada apalagi terlihat bahwa budaya asing lebih mempengaruhi kebanyakan remaja-remaja kita yang sebagai penerus bangsa ini?
Sebagai salah satu contoh, sekarang ini budaya asing sudah membaur di masyarakat terutama pada remaja. Budaya yang tidak sesuai dengan kebudayaan Bali khususnya dan Indonesia umumnya ternyata diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari dengan gampangnya tanpa memikirkan daerah disekelilingnya. Mulai dari gaya bicara, model pakaian, tingkah laku, dan cara pemikiran. Salah satu yang paling terihat adalah pergaulan bebas yang meniru budaya luar. Tanpa berpikir panjang, para remaja dengan senang hatinya bergaul hanya untuk kesenangan semata. Seperti masa remaja, yang identik dengan masa terindah ini, ternyata merupakan budaya untuk mencoba-coba segala hal yang belum pernah terlintas dalam pikiran “muda mudi” Bali. KTD (Kehamilan Tak Diinginkan) mulai menjadi salah satu tren dan buah bibir yang hangat dikalangan remaja kota Denpasar. Meskipun ada anggapan, bahwa Kota Denpasar adalah kota yang santun dan teratur, namun KTD kini menjadi sebuah pengakuan bahwa hal ini memang nyata dan membudaya di kalangan remaja kita.
Contoh penyelelewengan budaya asing yang terjadi tidak hanya di Denpasar saja tetapi di berbagai daerah di Indonesia yaitu baru -baru ini kita semua dikejutkan oleh akibat dari penayangan acara televisi yang menayangkan budaya luar yang tidak sesuai dengan budaya kita. Smack Down, yang merupakan budaya olahraga gulat gaya bebas menghasilkan akibat yang sangat mengejutkan kita semua. Budaya itu dengan mudahnya ditiru hingga berakibat buruk dan berada diluar bayangan kita. Hal tersebut merupakan salah satu kelemahan kita dalam hal menyeleksi budaya asing yang masuk ke daereh kita.
Contoh-contoh diatas merupakan akibat dari pengaruh budaya asing yang kita tidak saring dengan benar. Belajar dari beberapa peristiwa yang terjadi karena pengaruh budaya asing itu, kita dituntut untuk lebih teliti lagi menyaring semua budaya luar yang akan masuk ke negara kita, apakah budaya itu menguntungkan atau tidak. Khusus di daerah Denpasar yang sudah ‘termakan’ oleh banyaknya budaya diharapkan bisa lebih mementingkan budaya kita tersendiri dan menjadikan daerah kita sebagai daerah yang berwawasan budaya BALI, Bersih, Aman, Lestari, Indah.

Read More......